PUTRO MACAN PUTIH

Sabtu, 26 Desember 2009

PUTRO MACAN PUTIH

welcome03.gif


Pendidikan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat (PORSIGAL) Kediri Kota terletak di Jalan Sunan Ampel No. 39 Ngronggo Kota Kediri sebagai sekretariat pembantu, dan sebagai sekretariat resmi adalah MAN KOTA KEDIRI II.


Sekilas Sejarah Bedirinya PORSIGAL Kediri Kota

PORSIGAL MAN Kota Kediri II berdiri secara resmi pada tahun 2008, yang sebelumnya merupakan perjuangan keras dari 2 warga porsigal yaitu Rohmanto (Magetan) dan M. Juhan Junaidi (Nganjuk) yang keduanya merupakan warga Porsigal tahun 2003, tetapi berlainan tempat pembai’atan yaitu Magetan (Mbah Zainuddin Latif) dan Blitar (Mbah Ghalib Thahir).
Berawal dari tanpa kesengajaan ketika warga Porsigal 2003 Magetan tersebut mencoba-coba ilmu yang telah di pelajari selama bertahun-tahun dengan salah satu Organisasi Silat juga di kawasan Jabang-Sidomulyo-Semen Kediri dan disaksikan oleh beberapa pemuda penduduk desa setempat. Tidak dapat diketahui dengan pasti mengapa mereka tiba-tiba tertarik ketika melihat beberapa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Warga 2003 itu dan tanpa di duga meminta-minta untuk di adakan latihan Porsigal secepatnya di daerah itu juga. Perasaan ragu dan takut seakan menyelimuti seiring dengan perkembangan Organisasi-organisasi Pencak Silat yang makin pesat karena saat itu usia Warga 2003 tersebut masih tergolong sangat muda (18 tahun) untuk mendirikan cabang Porsigal sendiri. Namun karena kehendak dari para pemuda yang tak dapat ditoleransi, akhirnya kedua warga 2003 tersebut nekat mengadakan latihan meski tanpa surat izin resmi dari pusat maupun pemerintah setempat yang diikuti setidaknya hampir 10 siswa.
Sungguh ternyata tidak gampang mendirikan sebuah organisasi, Meski kedua warga Porsigal tersebut telah sepakat mendirikan latihan, ternyata sekalipun M. Juhan Junaidi yang dari Nganjuk tak pernah datang ke tempat latihan, hingga rasa was-was pun semakin terasa dan ternyata masalahpun mulai timbul.
Tanpa banyak berpikir warga 2003 Magetan nekat mengajak warga 2003 Nganjuk tersebut untuk mndapatkan surat izin resmi dari Pengurus Pusat Porsigal Blitar. Dan ternyata pulang dari Pusat pun si Warga 2003 Magetan mendapatkan masalah yang cukup besar ( di usir dari rumah pamannya dengan berbagai alasan yang salah satunya karena pergi ke Blitar hampir 1 hari tanpa izin ) keluarga paman Warga 2003 Magetan tersebut memang cukup disiplin, karena di sana Cuma numpang akhirnya Warga 2003 Magetan memutuskan untuk pindah tempat tinggal dan latihan pun di alihkan ke halaman MAN Kota Kediri II, Jl. Sunan Ampel Ngronggo Kota Kediri.
Setelah diresapi teryata memang inilah jalan agar Porsigal dengan tujuan mulianya dapat tumbuh di wilayah Kota Kediri, karena dengan posisi yang sekarang kedua warga Porsigal tersebut lebih leluasa mengadakan latihan. Hingga beberapa dari siswa MAN II Sendiri tertarik untuk bergabung dan akhirnya dengan perjuangan kerasnya kedua Warga tersebut berhasil menarik simpati Madrasah dan diterima secara resmi menjadi ekstrakurikuler di MAN Kota Kediri II ini.

religionislam5.gif


Pada tahun 2009 ini jumlah siswa mencapai 60 anak, 2 warga tahun 2003 sebagai Pendiri (Rohmant dari Magetan, Juhan Junaidi dari Nganjuk), 7 warga baru tahun 2009. dan direncanakan pada akhir bulan muharram ini akan mengesahkan sekitar 12

Klik disini untuk mengunjungi halaman situs Padepokan Krido Pamungkas Jati

Klik disini untuk mengunjungi halaman situs MASAMA Udanawu Blitar

Klik disini untuk mengunjungi halaman situs PORSIGAL Malang

Klik disini untuk mengunjungi halaman situs ponpes Bandung sari Purwodadi

Klik disini untuk login facebook


Kilas Sejarah PORSIGAL

PORSIGAL (Pendidikan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat) adalah salah satu perkumpulan Bela Diri yang berpusat di Desa Kerjen Kec. Srengat Kab. Blitar dan diasuh langsung oleh KH. Muhammad Gholib Thohir atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Gholib.
Sedikit mengenai sejarah beliau (Mbah Gholib, red)dalam proses menimba ilmu kanuragan dimulai dari Ujung Kulon (Banten)sampai ke Ujung Timur (Banyuwangi) dan pada akhirnya beliau menemukan Guru Sejati yang ternyata tidah jauh dari Kota Kelahiran Beliau Blitar Kota Patria, yaitu kota kecil Tulungagung kira-kira 30 km arah barat kota Blitar. Disana beliau bertemu dengan (Alm) Hadrotus Syaikh KH. Abdul Djalil Mustaqiem sekitar tahun 80 an di Pondok Pesantren PETA (PESULUKAN THORIQOH AGUNG) dengan Thoriqoh Syadziliyah yang berada dijantung kota Tulungagung, persisnya sebelah barat Alon-Alon. Singkat cerita, beliau (Mbah Gholib,red)diminta oleh Kyai Djalil untuk mengembangkan ilmunya dengan membuka Padepokan Pencak Silat yang diberi nama Porsigal. Dimana dalam Porsigal ini terjadi perpaduan atau penggabungan dari ilmu jurus-jurus yang selama ini ditempuh oleh Mbah Gholih mulai dari ujung kulon (Banten) sampai ujung timur (Banyuwangi)maka muncullah nama Garuda Loncat, yang artinya meloncat-loncat/berpindah-pindah setelah Khatam dalam mencapai suatu ilmu dan pindah lagi untuk mencapai ilmu yang lainnya.
Perkembangan dalam penyebaran Padepokan Porsigal ini sebenarnya sudah meluas sampai ke luar Jawa, namun banyak santri/murid yang enggan untuk mendaftarkan Padepokan Porsigal ini ke IPSI daerah setempat, sehingga kita susah untuk mendeteksinya.



religionislam1.gif



Sejarah Pencak Silat


Pencak Silat adalah seni beladiri yang berakar pada rumpun Melayu. Seni beladiri ini banyak ditemukan di Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-negara yang berbatasan dengan negara etnis Melayu tersebut.

Banyak ahli sejarah menyatakan bahwa Pencak Silat pertama kali ditemukan di Riau pada jaman kerajaan Sriwijaya di abad VII walaupun dalam bentuk yang masih kasar. Seni beladiri Melayu ini kemudian menyebar ke seluruh wilayah kerajaan Sriwijaya, semenanjung Malaka, dan Pulau Jawa.

Namun keberadaan Pencak Silat baru tercatat dalam buku sastra pada abad XI. Dikatakan bahwa Datuk Suri Diraja dari Kerajaan Pahariyangan di kaki gunung Merapi, telah mengembangkan silat Minangkabau disamping bentuk kesenian lainnya. Silat Minangkabau ini kemudian menyebar ke daerah lain seiring dengan migrasi para perantau. Seni beladiri Melayu ini mencapai puncak kejayaannya pada jaman kerajaan Majapahit di abad XVI. Kerajaan Majapahit memanfaatkan pencak silat sebagai ilmu perang untuk memperluas wilayah teritorialnya.

Kerajaan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Hanya kerajaan Priyangan di tanah Pasundan yang tidak dapat dikuasai penuh oleh Kerajaan Majapahit. Tentara kerajaan Priyangan ini terkenal akan kehebatan pencak silatnya. Karena wilayahnya yang terisolir, dan terbatasnya pengaruh Majapahit, seni beladiri kerajaan Priyangan hampir tidak mendapat pengaruh dari silat Minangkabau. Pencak silat priyangan ini terkenal dengan nama Cimande.

Para ahli sejarah dan kalangan pendekar pada umumnya sepakat bahwa berbagai aliran Pencak Silat yang berkembang dewasa ini, bersumber dari dua gaya yang berasal dari Sumatra Barat dan Jawa Barat seperti diuraikan di atas.

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[1] yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Sheikh Shamsuddin (2005)[2] berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu.

Dalam historisasi pencak silat dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kategori akar aliran pencak silat, yaitu:
Aliran bangsawan
Aliran rakyat


Aliran bangsawan, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan (kerajaan). Ada kalanya pencak silat ini merupakan alat pertahanan dari suatu negara (kerajaan). Sifat dari pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan umumnya tertutup dan mempertahankan kemurniannya. Aliran rakyat, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum selain bangsawan. Aliran ini dibawa oleh para pedagang, ulama, dan kelas masyarakat lainnya. Sifat dari aliran ini umumnya terbuka dan beradaptasi. Bagi setiap suku di Melayu, pencak silat adalah bagian dari sistem pertahanan yang dimiliki oleh setiap suku/kaum. Pada jaman Melayu purba, pencak silat dijadikan sebagai alat pertahanan bagi kaum/suku tertentu untuk menghadapi bahaya dari serangan binatang buas maupun dari serangan suku lainnya. Lalu seiring dengan perjalanan masa pencak silat menjadi bagian dari adat istiadat yang wajib dipelajari oleh setiap anak laki-laki dari suatu suku/kaum. Hal ini mendorong setiap suku dan kaum untuk memiliki dan mengembangkan silat daerah masing-masing. Sehingga setiap daerah di Melayu umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.[3] Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada. Adapun sesungguhnya kedua tokoh ini benar-benar ada dan bukan legenda semata, dan keduanya hidup pada masa yang sama.

Perkembangan dan penyebaran Silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual

Aspek-aspek Pencak Silat

IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) mendefinisikan pencak silat sebagai suatu kesatuan dari empat unsur yaitu unsur seni, beladiri, olahraga, dan olahbatin.

Unsur seni merupakan wujud budaya dalam bentuk kaidah gerak dan irama yang tunduk pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian.

Unsur beladiri memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan bahaya, dengan teknik dan taktik yang efektif.

Unsur olahraga mengembangkan kegiatan jasmani untuk mendapatkan kebugaran, ketangkasan, maupun prestasi olahraga.

Unsur olahbatin membentuk sikap dan kepribadian luhur dengan menghayati dan mengamalkan berbagai nilai dan norma adat istiadat yang mengandung makna sopan santun sebagai etika kalangan pendekar.

Pengikut